Jumat, 09 Maret 2012

ARTIKEL : Kenali, Cintai dan Bangkitkan Gairah Kesenian Ketoprak


Kenali, Cintai
dan Bangkitkan Gairah Kesenian Ketoprak

Apa yang terlintas dipikiran kita jika ada orang yang bertanya “Ketoprak itu apa sih”? apakah kita akan menjawab “itukan nama makanan” atau menjawab “Ketoprak ya semacam OVJ-lah kalau jaman sekarang”. Yah, mungkin itu yang akan langsung terlintas dibenak kita tapi pernahkan kita berfikir dan mencari tahu “apa sih Ketoprak itu sebenarnya?”
Banyak masyarakat yang tidak mengenal ketoprak, yang kita tahu ketoprak itu semacam drama yang dipentaskan, just it! Hal semacam ini bisa terjadi karena keberadaan ketoprak sendiri saat ini sudah mulai terpinggirkan karena derasnya arus globalisasi dan modernisasi sehingga membuat kita hidup dengan gaya kebarat-baratan (westernisasi) mulai dari cara berpakaian, cara berbicara, cara bergaul dengan orang lain. Semua itu berkedok ‘ini lho yang namanya modern” dan gaya hidup yang demikian mempengaruhi semua aspek kehidupan masyarakat kita yang sudah mulai menanggalkan kearifan lokal bangsa kita dan perlahan-lahan masyarakat kita pun mulai meninggalkan kebudayaan bangsa kita sendiri, tak terkecuali ketoprak.
Betapa mirisnya menemui kenyataan yang demikian. Ketoprak sebuah kesenian rakyat yang sekarang sudah mulai tidak dikenal lagi oleh rakyatnya sendiri. Dari hal tersebut sudah dapat kita ketahui bahwa pelestariannyapun tentu tidak digalakan. Hanya beberapa kelompok masyarakat saja yang masih melestarikannya, bagaimana bisa suatu kesenian dapat bertahan hidup jika tidak mendapat dukungan dari penikmatnya?. Kita sebagai generasi muda hendaknya mengetahui dan melestarikan keberadaan ketoprak ditengah-tengah arus global yang semakin mengikis kebudayaan bangsa kita. Berangkat dari keprihatinan diatas mari kita cari tahu “apa sih ketoprak itu?”


Sejarah Ketoprak
Ketoprak adalah teater rakyat yang paling populer di Jawa. Ketoprak sejenis seni pentas yang berasal dari Jawa. Dalam sebuah pentasan ketoprak, sandiwara yang diselingi dengan lagu-lagu Jawa, yang diiringi dengan gamelan disajikan. Pada mulanya ketropak hanya hiburan orang Jawa yang memainkan lesung pada malam bulan purnama sebagai sarana menghibur diri dan bercengkrama dengan sesama memanfaatkan terangnya sinar bulan purnama diluar rumah. Suara tabuhan lesung mulanya hanya sebagai pengiring lagu dolanan, namun kemudian dimasukkan unsur cerita didalamnya sehingga terbentuklah sebuah teater sederhana yang kemudian berkembang dengan bersumber dari cerita-cerita Jawa seperti Babad Tanah Jawa, cerita-cerita legenda bahkan mengadopsi cerita-cerita populer luar negeri. Beberapa lakon ketoprak yang terkenal diantaranya Ande-Ande Lumut, Anglingdarma, Damarwulan dan sebagainya.

Ketoprak Mulai Tenggelam
Derasnya arus globalisasi dan modernisasi yang menjadikan kita bergaya hidup westernisasi membuat ketoprak perlahan-lahan mulai tenggelam. Banyak dari kita merasa malu untuk mempelajari ketoprak, menonton ketoprak dan melestarikannya. Karena hal itu dianggap “jadul ah, ketinggalan jaman”. Yang demikian akhirnya menjadikan ketoprak dan kesenian daerah lainnya sudah mulai terpinggirkan.
Seperti siaran di radio yang menyajikan ketoprak, sudah tidak banyak lagi pendengarnya dan lagi di radio pun menyajikan siaran ketoprak hanya sebulan sekali. Jangankan radio, generasi muda jaman sekarang lebih memilih menonton TV daripada menonton ketoprak secara langsung, TV satu bisa memilih beberapa acara yang disukai, sedangkan menonton ketoprak dianggap membosankan dan sudah ketinggalan jaman. Keberadaan ketoprak pun sudah mulai tergeser dengan hal-hal yang bersifat modern. Di TV kalaupun ada tayangan ketoprak, penontonnya sangat sedikit dibandingkan dengan acara musik jaman sekarang, sinetron dan serial-serial TV dari luar negeri seperti Hollywood, Bollywood, serial film Korea, Jepang dan masih banyak lagi acara TV yang mengesampingkan kesenian dan kebudayaan milik kita sendiri.
 Sungguh kenyataan yang membuat miris, seakan tidak ada lagi generasi muda yang peduli terhadap keberadaan kesenian dan kebudayaan Indonesia, dimana mereka lebih bangga dengan menyukai dan meniru budaya dan kesenian negara lain dibandingkan dengan identitas negaranya sendiri.

Ketoprak dan Masalah yang Membelitnya
Tenggelamnya kesenian ketoprak disebabkan oleh banyak hal. Yang pertama dari pihak penggiatnya sendiri, penggiat ketoprak yang jumlahnya terbatas kesulitan dalam menginovasi ketoprak supaya tetap disukai masyarakat seperti pada masa kejayaannya. Sehingga ketoprak hanya jalan ditempat bahkan mengalami kemunduran. Kurangnya sosialisasi tentang ketoprak, kurangnya greget para penggiat dalam memperkenalkan ketoprak kepada semua lapisan masyarakat.
Penyebab kedua yaitu berkaitan dengan sebab sebelumnya, dengan kurangnya inovasi, sosialisasi dan greget dalam memperkenalkan ketoprak kepada masyarakat, menyebabkan masyarakat kurang meminati kesenian ketoprak, jangankan untuk menjadi penggiat ketoprak, hanya sekedar menonton pertunjukan ketoprak saja masyarakat masa kini sudah tidak berminat sama sekali. Hal-hal demikianlah yang menyebabkan ketoprak kalah bersaing dan tidak bertahan dengan derasnya arus hiburan modern dewasa ini.
Angkat Ketoprak ke Permukaan
 Kita tidak bisa berdiam diri terlalu lama, jika kita hanya pasrah dengan keadaan yang menenggelamkan ketoprak dan kesenian daerah lainnya maka bukan tidak mungkin peninggalan kebudayaan nenek moyang kita ini akan benar-benar mati. Apakah kita hanya akan berpangku tangan dan meratapi detik-detik kematian ketoprak dan kesenian tradisional lainnya? Jika kita hanya menunggu dan berharap bantuan dan campur tangan pemerintah, maka kita tidak akan mendapat apa-apa. Pemerintah hanya berkonsentrasi membangun industri-industri, perekonomian dengan menganaktirikan kesenian dan kebudayaan, yang tanpa kita sadari sebenarnya kesenian dan kebudayaan itu mahal harganya dan merupakan warisan nenek moyang kita yang luhur serta patut dilestarikan agar anak cucu kita nanti masih mengenal dan mau melanjutkan melestarikan ketoprak dan kesenian tradisional lainnya. Kita yang memiliki, hendaknya kita yang melestarikan, jangan sampai kebudayaan dan kesenian milik kita diklaim sebagai milik negara lain, pada saat itulah kita akan merasa kehilangan. Maka belum terlambat untuk kita menghidupkan kembali ketoprak tradisional sebagai kesenian, kebudayaan dan warisan nenek moyang yang sudah sepantasnya kita handarbeni lan nguri-nguri.


Banyak hal yang sebenarnya bisa kita lakukan, teknologi modern bisa kita kolaborasikan dengan ketoprak, misalnya dengan cara kita manfaatkan teknologi yang ada untuk mempercantik tata panggung saat pementasan ketoprak. Dan juga kita bisa menambahkan instrument-instrumen musik masa kini dalam mengiringi pementasa ketoprak. Sedangkan dari sisi media sosialisasi kita bisa memanfaatkan teknologi internet untuk memperkenalkan ketoprak kepada masyarakat luas, mengajak mereka untuk bersama-sama melestarikan kesenian dan kebudayaan kita, termasuk ketoprak. Dengan memaksimalkan secara positif teknologi yang berkembang saat ini, diharapkan kita dapat mengangkat kembali ketoprak kepermukaan agar tidak semakin tenggelam dan tergerus arus hiburan modern.

Bergeliat dan Bangkitlah Ketoprak!
Sudah saatnya ketoprak bergeliat dan bangkit kembali, sebelum semua benar-benar terlanjur, terlanjur tenggelam dimakan arus jaman atau terlanjur diklaim sebagai milik negara lain karena kita yang memiliki justru tidak memperdulikan dan tidak berusaha melestarikan. Jangan sampai menjadi sebuah penyesalan setelah kita kehilangan. Mari kita kenali, kita cintai, kita miliki dan kita lestarikan kesenian tradisional dan budaya Indonesia.
Bergeliatlah para penggiat ketoprak, bersemangatlah ciptakan inovasi yang menarik para penikmat seni, bergegaslah generasi muda selamatkan kesenian milik kita agar tetap bisa menjadi sebuah harta dan cerita yang bisa dilihat, didengar dan dinikmati anak cucu kita kedepannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar