Kenali, Cintai
dan Bangkitkan Gairah Kesenian
Ketoprak
Apa
yang terlintas dipikiran kita jika ada orang yang bertanya “Ketoprak itu apa
sih”? apakah kita akan menjawab “itukan nama makanan” atau menjawab “Ketoprak
ya semacam OVJ-lah kalau jaman sekarang”. Yah, mungkin itu yang akan langsung
terlintas dibenak kita tapi pernahkan kita berfikir dan mencari tahu “apa sih
Ketoprak itu sebenarnya?”
Banyak
masyarakat yang tidak mengenal ketoprak, yang kita tahu ketoprak itu semacam
drama yang dipentaskan, just it! Hal
semacam ini bisa terjadi karena keberadaan ketoprak sendiri saat ini sudah
mulai terpinggirkan karena derasnya arus globalisasi
dan modernisasi sehingga membuat kita
hidup dengan gaya kebarat-baratan (westernisasi)
mulai dari cara berpakaian, cara berbicara, cara bergaul dengan orang lain.
Semua itu berkedok ‘ini lho yang namanya modern” dan gaya hidup yang demikian
mempengaruhi semua aspek kehidupan masyarakat kita yang sudah mulai
menanggalkan kearifan lokal bangsa kita dan perlahan-lahan masyarakat kita pun
mulai meninggalkan kebudayaan bangsa kita sendiri, tak terkecuali ketoprak.
Betapa
mirisnya menemui kenyataan yang demikian. Ketoprak sebuah kesenian rakyat yang
sekarang sudah mulai tidak dikenal lagi oleh rakyatnya sendiri. Dari hal
tersebut sudah dapat kita ketahui bahwa pelestariannyapun tentu tidak
digalakan. Hanya beberapa kelompok masyarakat saja yang masih melestarikannya,
bagaimana bisa suatu kesenian dapat bertahan hidup jika tidak mendapat dukungan
dari penikmatnya?. Kita sebagai generasi muda hendaknya mengetahui dan
melestarikan keberadaan ketoprak ditengah-tengah arus global yang semakin
mengikis kebudayaan bangsa kita. Berangkat dari keprihatinan diatas mari kita
cari tahu “apa sih ketoprak itu?”
Sejarah Ketoprak
Ketoprak adalah teater rakyat yang paling populer di Jawa.
Ketoprak sejenis seni pentas yang berasal dari Jawa. Dalam sebuah
pentasan ketoprak, sandiwara yang diselingi dengan lagu-lagu Jawa, yang diiringi
dengan gamelan
disajikan. Pada mulanya ketropak hanya hiburan orang Jawa yang memainkan
lesung pada malam bulan purnama sebagai sarana menghibur diri dan bercengkrama
dengan sesama memanfaatkan terangnya sinar bulan purnama diluar rumah. Suara
tabuhan lesung mulanya hanya sebagai pengiring lagu dolanan, namun kemudian
dimasukkan unsur cerita didalamnya sehingga terbentuklah sebuah teater
sederhana yang kemudian berkembang dengan bersumber dari cerita-cerita Jawa
seperti Babad Tanah Jawa, cerita-cerita legenda bahkan mengadopsi cerita-cerita
populer luar negeri. Beberapa lakon ketoprak yang terkenal diantaranya Ande-Ande
Lumut, Anglingdarma, Damarwulan dan sebagainya.
Ketoprak Mulai
Tenggelam
Derasnya arus globalisasi dan modernisasi yang menjadikan kita
bergaya hidup westernisasi membuat ketoprak perlahan-lahan mulai tenggelam.
Banyak dari kita merasa malu untuk mempelajari ketoprak, menonton ketoprak dan
melestarikannya. Karena hal itu dianggap “jadul
ah, ketinggalan jaman”. Yang demikian akhirnya menjadikan ketoprak dan kesenian
daerah lainnya sudah mulai terpinggirkan.
Seperti siaran di radio yang menyajikan ketoprak, sudah tidak
banyak lagi pendengarnya dan lagi di radio pun menyajikan siaran ketoprak hanya
sebulan sekali. Jangankan radio, generasi muda jaman sekarang lebih memilih
menonton TV daripada menonton ketoprak secara langsung, TV satu bisa memilih
beberapa acara yang disukai, sedangkan menonton ketoprak dianggap membosankan
dan sudah ketinggalan jaman. Keberadaan ketoprak pun sudah mulai tergeser dengan
hal-hal yang bersifat modern. Di TV kalaupun ada tayangan ketoprak, penontonnya
sangat sedikit dibandingkan dengan acara musik jaman sekarang, sinetron dan
serial-serial TV dari luar negeri seperti Hollywood, Bollywood, serial film
Korea, Jepang dan masih banyak lagi acara TV yang mengesampingkan kesenian dan
kebudayaan milik kita sendiri.
Sungguh kenyataan yang
membuat miris, seakan tidak ada lagi generasi muda yang peduli terhadap keberadaan
kesenian dan kebudayaan Indonesia, dimana mereka lebih bangga dengan menyukai
dan meniru budaya dan kesenian negara lain dibandingkan dengan identitas
negaranya sendiri.
Ketoprak
dan Masalah yang Membelitnya
Tenggelamnya kesenian ketoprak disebabkan oleh banyak hal. Yang
pertama dari pihak penggiatnya sendiri, penggiat ketoprak yang jumlahnya
terbatas kesulitan dalam menginovasi ketoprak supaya tetap disukai masyarakat
seperti pada masa kejayaannya. Sehingga ketoprak hanya jalan ditempat bahkan mengalami
kemunduran. Kurangnya sosialisasi tentang ketoprak, kurangnya greget para
penggiat dalam memperkenalkan ketoprak kepada semua lapisan masyarakat.
Penyebab kedua yaitu berkaitan dengan sebab sebelumnya, dengan
kurangnya inovasi, sosialisasi dan greget dalam memperkenalkan ketoprak kepada
masyarakat, menyebabkan masyarakat kurang meminati kesenian ketoprak, jangankan
untuk menjadi penggiat ketoprak, hanya sekedar menonton pertunjukan ketoprak
saja masyarakat masa kini sudah tidak berminat sama sekali. Hal-hal demikianlah
yang menyebabkan ketoprak kalah bersaing dan tidak bertahan dengan derasnya
arus hiburan modern dewasa ini.
Angkat
Ketoprak ke Permukaan
Kita tidak bisa berdiam
diri terlalu lama, jika kita hanya pasrah dengan keadaan yang menenggelamkan
ketoprak dan kesenian daerah lainnya maka bukan tidak mungkin peninggalan
kebudayaan nenek moyang kita ini akan benar-benar mati. Apakah kita hanya akan
berpangku tangan dan meratapi detik-detik kematian ketoprak dan kesenian
tradisional lainnya? Jika kita hanya menunggu dan berharap bantuan dan campur
tangan pemerintah, maka kita tidak akan mendapat apa-apa. Pemerintah hanya
berkonsentrasi membangun industri-industri, perekonomian dengan menganaktirikan
kesenian dan kebudayaan, yang tanpa kita sadari sebenarnya kesenian dan
kebudayaan itu mahal harganya dan merupakan warisan nenek moyang kita yang
luhur serta patut dilestarikan agar anak cucu kita nanti masih mengenal dan mau
melanjutkan melestarikan ketoprak dan kesenian tradisional lainnya. Kita yang memiliki,
hendaknya kita yang melestarikan, jangan sampai kebudayaan dan kesenian milik
kita diklaim sebagai milik negara lain, pada saat itulah kita akan merasa
kehilangan. Maka belum terlambat untuk kita menghidupkan kembali ketoprak
tradisional sebagai kesenian, kebudayaan dan warisan nenek moyang yang sudah
sepantasnya kita handarbeni lan nguri-nguri.
Banyak hal yang sebenarnya bisa kita lakukan, teknologi modern
bisa kita kolaborasikan dengan ketoprak, misalnya dengan cara kita manfaatkan
teknologi yang ada untuk mempercantik tata panggung saat pementasan ketoprak.
Dan juga kita bisa menambahkan instrument-instrumen musik masa kini dalam
mengiringi pementasa ketoprak. Sedangkan dari sisi media sosialisasi kita bisa
memanfaatkan teknologi internet untuk memperkenalkan ketoprak kepada masyarakat
luas, mengajak mereka untuk bersama-sama melestarikan kesenian dan kebudayaan
kita, termasuk ketoprak. Dengan memaksimalkan secara positif teknologi yang
berkembang saat ini, diharapkan kita dapat mengangkat kembali ketoprak
kepermukaan agar tidak semakin tenggelam dan tergerus arus hiburan modern.
Bergeliat
dan Bangkitlah Ketoprak!
Sudah saatnya ketoprak bergeliat dan bangkit kembali, sebelum
semua benar-benar terlanjur, terlanjur tenggelam dimakan arus jaman atau
terlanjur diklaim sebagai milik negara lain karena kita yang memiliki justru
tidak memperdulikan dan tidak berusaha melestarikan. Jangan sampai menjadi
sebuah penyesalan setelah kita kehilangan. Mari kita kenali, kita cintai, kita
miliki dan kita lestarikan kesenian tradisional dan budaya Indonesia.
Bergeliatlah para penggiat ketoprak, bersemangatlah ciptakan
inovasi yang menarik para penikmat seni, bergegaslah generasi muda selamatkan
kesenian milik kita agar tetap bisa menjadi sebuah harta dan cerita yang bisa
dilihat, didengar dan dinikmati anak cucu kita kedepannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar